Rabu, 11 Maret 2009

latar belakang



orang indonesia masih bingung soal sampah. di jakarta, Bapedalda menghitung ada 25700 m3 sampah setiap hari sejak tahun 2000. kalau digundukin, setiap tahun berdiri 170 candi Borobudur berbahan sampah. itu belum di medan, surabaya, batam, belum di new york, tokyo dan pandeglang. kalau produksi sampah perorang per hari mencapai 3 liter maka setiap hari dunia menerima 19, 8 milyar liter sampah dan itu baru sampah organik dan sampah non organik, sampah yang real dan nyata. belum lagi didunia maya, alias email spam. th 2007, diperkirakan ada 120 milyar sampah email tiap hari. artinya, setiap orang memproduksi 20 spam/hari, termasuk 238 juta penduduk indonesia. padahal jumlah itu, dari seperempatnya alias 25 juta yang milik internet.

Karena adanya masalah-masalh itulah kelompok kami mengambil tema tentang sampah ini. Kami berharap dengan adanya artikel kami ini, kita semua bisa lebih bijaksana dalam menyikapi sampah.

KAMI BERHARAP,
ARTIKEL KAMI DAPAT SANGAT BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA

Label:

masalah sampah


sampah di indonesia masih menjadi masalah yang paling pokok dikalangan masyarakat sekarang ini. kebanyakan masalah-masalah sampah ini banyak timbul dari lingkungan perkotaan dan lingkungan kumuh.

masyarakat masih belum sadar akan untung dan rugi dari sampah. sampah bukan hanya sesuatu yang harus dilihat dari segi kerugiannya saja. tetapi, kalau dilihat dengan sangat mendalam pasti manfaat dari sampah juga sangat besar.

misalnya, di Jakarta hampir setiap tahun selalu didatangi bencana banjir. dan itu salah satu yang menyebabkannya adalah sampah. begitu juga dengan bencana alam lainnya, kebanyakan juga disebabkan karena sampah.

semakin banyak sampah, maka semakin banyak pula lingkungan kotor dan kumuh. dan adanya hal ini dapat menyebabkan berbagai penyakit timbul di kalangan masyarakat luas.

Label:

solusi sampah


Pertama, gunakanlah sampah biologis untuk pembuatan pupuk. Saya rasa sampah biologis atau rumah tangga merupakan salah satu tipe sampah yang terbanyak di Indonesia. Kenapa nggak dicoba untuk memanfaatkan sampah ini untuk pembuatan pupuk tanaman? Salah satu caranya mungkin dengan membangun sistem penimbunan sampah di dalam tanah yang kemudian akan menghasilkan kompos. Mekanisme ini lebih baik dibuat di daerah yang dekat dengan daerah pertanian atau perkebunan. Di dekat setiap kota besar pasti ada daerah luar kota yang dimanfaatkan untuk sawah atau ladang kan? Nah dengan membangun "pabrik" kompos di daerah tersebut, petani pun bisa memanfaatkan kompos yang dihasilkan. Bagusnya sih diberi secara gratis, atau, kalaupun harus dijual cukup dengan harga minimal. Pembangunan mekanisme ini juga bisa menciptakan lapangan kerja lho. Kan bisa memberikan peluang bagi mereka yang mau mengemas kompos untuk dijadikan pupuk tanaman pot atau taman. Untuk mendukung rencana ini, setiap rumah tangga harus mulai untuk memisahkan sampah biologis. Dan petugas kebersihan pun harus selalu menyiapkan transportasi yang mengangkut sampah biologis ini. Sistem ini pun bisa membantu kebersihan pasar tradisional. Sampah sayuran atau bahan makanan lainnya tidak dibiarkan menggunung di penampungan sampah di tepi pasar, tapi langsung diangkut ke "pabrik kompos". Dengan catatan para pengguna pasar (terutama penjual) sadar kalau mereka harus memisahkan sampah mereka. Cukup diberi penyuluhan tentang keuntungan yang mereka bisa dapat, pasar yang lebih bersih, saya rasa nggak ada ruginya bagi mereka untuk mengikuti program pemisahan sampah. Asal, tidak ada pungli2 liar dan di setiap sudut pasar disediakan tempat penampungan sampah biologis.

Label:

akibat adanya sampah


Akibat Sampah yang Bertumpuk

Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organic dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, yang timbul di kota.
Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit.
Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah.
Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir.
Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman.

Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi system pengelolan sampah perkotaan, antara lain:

1) Kepadatan dan penyebaran penduduk.

2) Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.

3) Karakteristik sampah.

4) Budaya sikap dan perilaku masyarakat.

5) Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA).

6) Rencana tata ruang dan pengembangan kota.

7) Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan TPA.

Biaya yang tersedia.

9) Peraturan daerah setempat.

Paradigma Penanganan Sampah

Penumpukkan sampah di TPA adalah akibat hampir semua pemerintah daerah di Indonesia masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan system lahan urug saniter yang ramah lingkungan ternyata tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena pembutuhkan biaya tinggi untuk investasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mengubah pola pikir yang lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi daur ulang dan pengomposan disertai TPA yang ramah lingkungan. Paradigma baru penanganan sampah lebih merupakan satu siklus yang sejalan dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut setidaknya mengkombinasikan pendekatan pengurangan sumber sampah, daur ulang & guna ulang, pengkomposan, insinerasi dan pembuangan akhir. pengurangan sumber sampah untuk industri berarti perlunya teknologi proses yang nirlimbah serta packing produk yang ringkas/ minim serta ramah lingkungan. Sedangkan bagi rumah tangga berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam penggunaan barang-barang keseharian. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik, alumunium, gelas, logam dan lain-lain. Sementara untuk sampah organik diolah, salah satunya dengan pengkomposan.



Manfaat Sampah

Sampah yang tampak tidak berguna sebesarnya masih banyak manfaatnya seperti dapat dibuat biogas, briket, pakan ternak, kompos, pupuk, dan dapat didaur-ulang bagi sampah anorganik.

Dalam sampah dan kotoran sungai ditemukan bakteri yang dapat menghasilkan vitamin B12 yang samajenisnya dengan vitamin B12 yang dihasilkan oleh hewan. Yang paling aktif dapat memfermentasikan sampah dan kotoran sungai sehingga dihasilkan vitamin B12 adalah bakteri-bakteri yang termasuk Streptomyces. Kadar vitamin B12 dalam sampah dan kotoran sungai berkisar 4,2 – 8,2 µg untuk setiap satu gram berat kering. Diperkirakan dari 26.000 ton sampah dan kotoran sungai akan dihasilkan 465 vitamin B12. Pemberian sampah dan kotoran sungai sebesar 2% pada ternak, ternyata mampu meningkatkan berat badan ternak. Sampah dan kotoran sungai mengandung senyawa organic 40-85%, mineral 15-70%, nitrogen 1-10%, fosfat 1-4,5% dan kalium 0,1-4,5%. Sampah rumah tangga, sampah restoran, kertas, kotoran ternak, limbah pertanian dan industri yang bersifat sampah organic semuanya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Dengan pengolahan sampah menjadi bahan-bahan yang berguna akan memberikan keuntungan selain meningkatkan efisiensi produksi dan keuntungan ekonomi bagi pengolah sampah, juga dapat mengurangi biaya pengangkutkan ke pembungan akhir (TPA) dan mengurangi biaya pembuangan akhir, menghemat sumber daya alam, menghemat energi, mengurangi uang belanja, menghemat lahan TPA dan lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman).



Penanganan Sampah 3-R, 4-R dan 5-R

Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat.

Konsep zero waste yaitu penerapan rinsip 3R (Reduce, Reuse, dan recycle), serta prinsip pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi beban pengangkutan (transport cost). Orientasi penanganan sampah dengan konsep zero waste diantaranya meliputi :

1. Sistem pengolahan sampah secara terpadu

2. Teknologi pengomposan

3. Daur ulang sampah plastik dan kertas

4. Teknologi pembakaran sampah dan insenator

5. Teknologi pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak

6. Teknologi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

7. Peran serta masyarakat dalam penanganan sampah

8. Pengolahan sampah kota metropolitan

9. Peluang dan tantangan usaha daur ulang.


Pengertian Zero Waste adalah bahwa mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir terjadinya “sampah”. Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).

Produksi bersih merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga.

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah.

Prinsip reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin lakukan minimisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai. Hal ini dapat memeperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

Prinsip replace dilakukan dengan cara teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga teliti agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa diurai secara alami.

Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.



Tabel 1. Upaya 5-R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial
Penanganan 5-R
Cara Pengerjaannya

Reduce
- Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.

- Gunakan produk yang dapat diisi ulang.

- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai

- Jual atau berikan sampah yang telah terpisah kepada pihak yang memerlukan.

Reuse
- Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.

- Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang.

- Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.

- Kembangkan manfaat lain dari sampah.

Recycle
- Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur-ulang dan mudah terurai.

- Lakukan penangan untuk sampah organic menjadi kompos dengan berbagai cara yang telah ada atau manfaatkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing.

- Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang bermanfaat.

Replace
- Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah lingkungan.

- Ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat dengan lingkungan.

- Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

Replant
- Buat hijau dan teduh lingkungan anda, dan gunakan bahan/barang yang dibuat dari sampah.

Label:

bagan penanggulangan sampah


Label: